PADANG – PT Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi Regional II Sumatra Barat (Sumbar) apresiasi penyelenggaraan Galanggang Arang 2024 sejak 4 Mei – 7 Agustus lalu.
Delapan kota dan kabupaten yang dilalui oleh jalur Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto (WTBOS) menjadi pusat kegiatan tersebut. Daerah yang dilalui oleh jalur WTBOS yaitu Kota Padang, Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang Panjang, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Solok, Kota Solok, Kota Sawahlunto, dan Kabupaten Sijunjung.
Kegiatan Galanggang Arang 2024 bertujuan untuk mengingatkan kembali generasi muda dan masyarakat tentang pentingnya WTBOS, yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO pada tahun 2019.
Kepala Humas KAI Divisi Regional II Sumatra Barat, M. As’ad Habibuddin, berharap peran aktif seluruh elemen masyarakat dalam melestarikan WTBOS di Sumbar. Mengingat, aset WTBOS sudah berusia ratusan tahun.
“Kami berharap masyarakat dapat bersama-sama merawat aset-aset KAI, seperti stasiun, jalur rel, dan lainnya, sebagai bagian dari upaya melestarikan warisan dunia UNESCO yang ada di Sumatra Barat,” kata As’ad dalam keterangan tertulisnya dua hari lalu.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, keberadaan jalur kereta api di Sumatra Barat memiliki kaitan erat dengan industri batu bara. Sejak ditemukannya batu bara di Sungai Ombilin, Sawahlunto, pemerintah Hindia Belanda mulai mempertimbangkan metode pengangkutan batu bara ke pelabuhan.
Pada tahun 1873, insinyur Belanda, J. L. Cluysenaer, memimpin sebuah tim untuk melakukan penelitian. Hasilnya, pada tahun 1875, diusulkan pembangunan jalur kereta api dari Muaro Kalaban ke Padang yang menembus Pegunungan Bukit Barisan.
Namun, rute usulan tersebut ditolak karena sulit direalisasikan. Pada tahun 1878, Cluysenaer menyarankan pembangunan jalur kereta api melalui Lembah Anai.
Sepuluh tahun kemudian, pembangunan jalur kereta api dimulai berdasarkan Undang-Undang 6 Juli 1887, Lembaran Negara Nomor 163. Pembangunan ini dilaksanakan oleh perusahaan kereta api negara Staatsspoorwegen ter Sumatra Westkust (SSS) yang dipimpin oleh J. W. Ijzerman, seorang ahli jalur kereta api. Ijzerman memperluas usulan Cluysenaer dengan memulai pembangunan dari Pulu Aer ke Sawahlunto secara bertahap.
Tahap pertama, SSS meresmikan jalur kereta api Pulu Aer-Padang Panjang pada 1 Juli 1891, bersamaan dengan pembukaan Stasiun Pulu Aer dan Stasiun Padang Panjang. Jalur bergigi digunakan di beberapa bagian antara jalur kereta api Kayu Tanam-Padang Panjang.
Tahap kedua, jalur kereta api dari Padang Panjang menuju Solok mulai beroperasi pada 1 Juli 1892, dengan pembukaan Stasiun Batu Tabal, Stasiun Kacang, Stasiun Singkarak, dan Stasiun Solok. Jalur bergigi juga terdapat antara Stasiun Padang Panjang dan Stasiun Batu Taba.
Tahap ketiga, jalur kereta api sepanjang 23 km dari Solok ke Muara Kalaban diresmikan pada 1 Oktober 1892, bersamaan dengan pembukaan Stasiun Sungailasi, Stasiun Silungkang, dan Stasiun Muara Kalaban untuk umum.(infopublik)