WPdotCOM – Hari ini hari Jumat pukul 07.30 WIB. Bel sekolah berbunyi di SDN 9 Kunangan Parit Rantang Kecamatan Kamang Baru, Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat.
Begitu bel berbunyi, peserta didik berlarian dengan semangat dan bahagia menuju halaman sekolah. Hari ini kami akan mengadakan kegiatan Pra PBM yaitu Kultum di halaman sekolah secara bersama dari kelas 1 sampai kelas VI.
Pada kegiatan ini, peserta didik mendapatkan kesempatan untuk menampilkan bakat mereka. Ada yang tampil sebagai pembawa acara, ada yang tampil sebagai pembaca Kalam Ilahi dan terjemahannya, dan ada pula yang menyampaikan pidato pendek. Uuntuk peserta didik kelas I dan II mendapatkan kesempatan tampil membaca ayat pendek pilihan yang telah mereka hafal.
Begitu semangat dan menyenangkan peserta didik dalam kegiatan itu. Tapi tiba-tiba, kegiatan yang menyenangkan itu hilang begitu saja dalam sementara waktu. Ya, hilang lenyap diambil oleh pendatang baru yang bernama Covid-19
Corona Virus Desease atau lebih dikenal dengan sebutan Covid-19, siapa sih yang tidak kenal? Mulai dari kalangan orang dewasa sampai anak-anak, dari para pejabat, pengusaha, petani, pedagang dan lain sebagainya apapun profesinya, semua orang kenal dengan yang namanya virus Corona. Begitu hebatnya pandemi Covid-19 hingga melumpuhkan dunia. Tak terkecuali Indonesia, menjadi tak berdaya dalam semua sektor, termasuk sektor pendidikan.
Sejak bulan Maret 2020, seluruh sekolah yang ada Indonesia baik yang di kota mau pun yang ada di pelosok desa, mau tidak mau, suka tidak suka, harus menjalankan pembelajaran secara dalam jaringan (daring) atau online. Pandemi memaksa seluruh penduduk termasuk para pelajar untuk tetap tinggal di rumah demi menekan angka pertumbuhan virus Covid-19. Kegiatan belajar-mengajar sudah tidak sama seperti dulu, di mana biasanya pembelajaran dilakukan secara konvensional dengan mengedepankan interaksi langsung antara guru dan siswa. Kini semuanya serba dilakukan secara virtual.
Tentu hal ini awalnya terasa asing bagi semua pelajar, karena dari yang biasanya mereka harus pergi ke sekolah pagi-pagi, bertemu dengan teman dan mendengarkan penjelasan guru di sekolah, kini mereka harus menghadap gawai (gadget) untuk mendapatkan ilmu dari sekolah setiap hari sebagai pengganti kegiatan tatap muka.
Laptop, tablet dan ponsel pun menjadi semakin erat hubungannya dengan kehidupan pelajar di era sekarang, terlebih bagi pelajar di tahun 2020 ini. Karena perbedaan yang terbilang cukup jauh ini, mengakibatkan munculnya banyak kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh peserta di SDN 9 Kunangan Parit Rantang.
Berikut adalah beberapa kesulitan yang dihadapi:
Hambatan Eksternal
- Sebagian kecil Peserta didik tidak memiliki telepon seluler cerdas (smartphone), sehinga ketika akan belajar terpaksa bergabung belajar dengan teman yang memiliki smartphone.
- Sebagian dari peserta didik dirumahnya tidak dapat sinyal atau tidak terjangkau jaringan internet, terpaksa harus bergabung dengan teman yang rumahnya ada jaringan internet.
- Sebagian kecil dari peserta didik ada yang tidak pandai sama sekali mengoperasikan media sosial dan internet.
Hambatan Internal
- Siswa masih kurang memiliki keinginan dan dorongan untuk berinisiatif belajar sendiri jika melakukan kegiatan pembelajaran daring di rumah. Siswa cenderung belajar hanya pada saat kelas tatap muka dengan guru saja. Sehingga kegiatan belajarnya pun hanya sebatas menerima materi yang diberikan oleh guru pada jam yang telah ditentukan.
- Siswa merasa belum terbiasa dengan kegiatan pembelajaran daring di rumah karena sebelumnya mereka terbiasa diajar dengan cara konvensional metode ceramah. Namun sekarang semua siswa harus belajar dan membaca materinya sendiri, hal ini sering dirasa sebagai beban bagi kebanyakan siswa.
- Kurangnya penjelasan lebih lanjut dari pengajar. Masih ada beberapa kasus di mana selama ini siswa hanya diberikan materi belajar beserta intruksi materi maupun pengerjaan tugas, namun tidak dengan penjelasan materi. Orang tua yang diharapkan dapat membantu ssiswa belajar di rumah pun juga terkadang merasa kesulitan untuk membantu siswa karena tidak semua orang tua juga paham mengenai materi yang diberikan.
- Sangat banyak siswa yang merasa lelah dengan metode pembelajaran daring. Hal ini disebabkan karena kesulitan untuk memahami materi sejak awal. Rasa bosan dan jenuh karena harus belajar sendiri, tidak adanya evaluasi bersama yang dilakukan pengajar sehingga siswa juga tidak tahu yang dipelajari benar atau salah.
Pembelajaran daring seharusnya dapat menjadi metode pembelajaran yang memudahkan siswa untuk tetap belajar meski dalam pandemi. Namun dalam kenyataanya setelah diterapkan, masih terdapat banyak kekurangan yang menyebabkan munculnya kesulitan-kesulitan yang dirasakan siswa.
Bagi siswa yang terbiasa belajar di sekolah bersama guru dan teman, belajar mandiri secara daring tentu membuat siswa merasa kesulitan hingga membuat siswa sendiri kehilangan semangat untuk belajar. Belum lagi guru yang kurang memberikan penjelasan atau arahan lebih lanjut, juga kurangnya evaluasi dalam pembelajaran sehingga siswa tidak tahu yang dipelajarinya benar atau salah.
Sebenarnya pembelajaran daring dapat menjadi metode pembelajaran yang baik dan efektif, namun apabila semua faktor mendukung penyelenggaraannya. Oleh karena itu perlu kerja sama yang baik antara guru, siswa, juga orang tua untuk menciptakan kegiatan belajar yang baik dan efektif.
Daftar Pustaka
- https://www.kompasiana.com/berthanandityajeni/5fecd14b8ede4860875a3292/kesulitan-belajar-daring-di-masa-pandemi-covid-19
- kumparan.com/ebeneser_pinem
Penulis: Zulmawati, S.Pd.I (Guru SDN 9 Kunangan Parit Rantang Kab. Sijunjung)