Menuangkan Ide Melalui Karya Tulis, Antara Tanggungjawab dan Kesejahteraan Finasial

Shopee Indonesia
Shopee Indonesia

WPdotCOM – Di era digitalisasi saat ini, menuntut semua pihak agar dapat berkembang ke arah yang efisien dan praktis. Termasuk juga dalam dunia pendidikan.

Sebagai ujung tombak pendidikan, sudah sepatutnya guru mampu melahirkan ide-ide kreatif yang ditulis secara ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan. Guru juga harus bisa mengembangkan ide tersebut sesuai dengan potensi dan wadah tempatnya mengajar. Mampu mengembangkan inovasi, yang dapat diaplikasikan kepada siswa.

Untuk menuliskan ide-ide itu, tidak harus menunggu terjadinya permasalahan atau sistem yang dipermasalahkan. Menulis bisa dimulai dengan menampilkan media pembelajaran, atau berbagi ide kreatif dalam forum guru mata pelajaran, sehingga membentuk modul atau kumpulan inovasi yang bisa dipakai untuk siswanya.

Shopee Indonesia

Persoalan yang menjadi kendala selama ini, menulis bagi guru adalah ketertarikan untuk menuangkan semua ide dalam bentuk tulisan, masih sangat rendah di kalangan guru. Guru hanya mampu menuangkan ide yang ada kepada teman atau rekan sesama mengajar dalam bentuk diskusi. Sehingga topiknya hanya sebatas sharing ide dan informasi saja. Padahal, apabila dituangkan ke dalam tulisan, mungkin saja ide itu bisa dikembangkan dan tidak hilang begitu saja.

Kemudian, waktu dan sistem administrasi kerja yang lebih dominan dibandingkan pengembangan potensi guru, turut menjadi halangan. Sehingga guru mau tidak mau harus mendahulukan sistem administrasi dibanding menggali potensi. Terutama pada bidang literasi menulis, melahirkan karya dalam bentuk  buku atau jurnal. Pendapat bahwa apabila administrasi terganggu, akan berdampak kepada kesejahteraan finasial, maka dari itu banyak guru yang lebih mementingkan hal tersebut.

Sementara itu, bagaimana ketika ada aturan dari pemerintah terkaitk syarat kenaikan pangkat bagi guru ASN harus menulis jurnal ata menerbitkan PTK? Kebanyakan dari mereka, di samping melakukan PTK dengan benar, ada juga yang melakukan hal tersebut karena sitem dan tuntutan semata, bukan dari hati mereka sendiri. Hal itu tentu berefek pada hasil yang belum mencapai target sesuai harapan, malah terkesal asal-asalan saja.

Pada kasus ini, ada guru yang memanfaatkan hasil karya teman yang gagal terbit atau PTK yang sudah terbit dan di seminarkan, kemudian tinggal ganti judul sesuai sekolah. Edit materi dan angka angka sana-sini. Lalu dikalim sebagai hasil karya sendiri, tanpa harus banyak berpikir dan mencari sumber lain.

Apakah mereka mengerti?  Beberapa mungkin paham dan mengerti akan materi tersebut, tapi tidak sedikit dari mereka yang tidak memahami apa yang mereka tuliskan. Seperti yang penulis sebutkan di atas, hanya karena formalitas persyaratan naik pangkat saja.

Lantas kenapa guru mau bertahan dengan pangkat yang ada tanpa mau berpikir untuk maju naik pangkat? Mungkin jawabannya adalah, selagi belum ada kewajiban dan hal tersebut tidak berpengaruh kepada finasial, belum perlu dikerjakan. Nanti saja, saat ada perintah dan himbauan dari para pemangku kepentingan. (*)

Penulis: Dedet Oktaria, S.Pd (Guru MTs Muhammadiyah Lima Kaum, Tanah Datar)

Blibli.com
Shopee Indonesia