WPdotCOM, Jakarta – Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan, dan Pemuda Kemenko PMK Femmy Eka Kartika Putri menyampaikan pentingnya peranan perempuan dalam membangun sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas.
“Perempuan/ibu merupakan madrasah awal bagi anak dalam proses pendidikan manusia. Perempuan berdaya akan menanamkan nilai-nilai luhur kepada anak sejak dini sehingga mampu melahirkan generasi bangsa yang berkualitas dan menjunjung tinggi etika moral,” ujarnya seraya membacakan pidato kunci Menko PMK Muhadjir Effendy pada Seminar II “Perempuan Kompeten sebagai Pendidik Generasi Emas Bangsa”, Kamis (27/5) di Jakarta.
Femmy pun menerangkan bahwa seminar tersebut merupakan rangkaian kegiatan Seminar Nasional Interaktif ‘Perempuan Kompeten dengan Peran Ganda di Era Ekonomi Digital’.
“Kita tentu berharap perempuan Indonesia tidak lelah untuk terus belajar, menimba ilmu, agar kompeten dalam berbagai bidang, dari pendidikan, kesehatan, ekonomi dan literasi keuangan,” pungkasnya.
Data Kemendikbudristek mencatat dari total jumlah guru secara nasional saat ini sebanyak 2,906,239 orang, 61% (1.781.711) merupakan guru perempuan. Untuk itu guru perempuan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam mencapai pendidikan yang berkualitas sehingga guru perempuan harus mampu meningkatkan kualitasnya untuk dapat menghasilkan anak-anak didik yang berkualitas.
Permasalahan kesehatan di Indonesia masih menjadi hal yang krusial. 1 dari 3 anak Indonesia mengalami stunting, 1 dari 5 orang dewasa mengalami obesitas (lebih banyak dialami oleh wanita), 30% remaja mengalami anemia, 1 dari 2 ibu hamil mengalami anemia, 13-14 bayi meninggal dalam setiap jam. 1-2 ibu meninggal setiap 1 jam (tertinggi ke-2 di ASEAN), dan Indonesia menempati peringkat ke-2 tertinggi untuk pernikahan di negara-negara ASEAN.
Sementara itu Plt. Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan, Kartini Rustandi menambahkan, peran perempuan dalam membangun budaya sehat untuk mewujudkan generasi emas terdapat pada setiap fase kehidupan.
Namun demikian, diingatkan bahwa peran perempuan yang besar sekaligus memiliki risiko yang besar juga terutama pada perempuan pekerja.
“Kelelahan, pelecehan, stres, kurang apresiasi, hingga KDRT menjadi risiko bagi perempuan dalam menjalankan aktivitasnya. oleh karenanya perempuan juga perlu untuk mendapatkan dukungan dari keluarga, lingkungan dan tempat kerja” tuturnya.
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Asisten Deputi Pemenuhan Hak, Perlindungan dan Pemberdayaan Perempuan dalam rangka koordinasi peningkatan kualitas perempuan, di samping sebagai upaya sosialisasi dan menyerap aspirasi dalam rangka penyusunan alternatif strategi penguatan pemberdayaan perempuan.
Seminar ini dihadiri lebih dari 250 peserta secara hybrid (luring dan daring) dari kementerian/lembaga pemerintah, lembaga pendidikan, parlemen, organisasi masyarakat sipil, serta pemerhati perempuan dan pendidikan. (*)