
WPdotCOM, Bandung – SMK Pasundan 1 Banjaran, sekolah yang berdiri sejak 1968 yang diprakarsai masyarakat peduli dibidang pendidikan yang berkeinginan adanya sekolah lanjutan setelah adanya SMP Pasundan waktu itu. Maka dibentuklah sekolah lanjutan yang pada waktu itu masih dengan nama SMEA Pasundan Banjaran.
Sejalan dengan waktu, dari nama SMEA berganti nama menjadi SMK Pasundan 1 Banjaran sesuai aturan dari pemerintah dengan perubahan nama SMEA menjadi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) hingga sekarang.
Sekolah Menengah Kejuruan Pasundan 1 Banjaran (SMEA), beralamat di Jl. Stasiun Timur No. 66 Banjaran Bandung, adalah sekolah kejuruan memiliki 4 kompetensi keahlian yaitu, Otomasisasi dan Tata Kelola Perkantoran, Akutansi dan Keuangan Lembaga, Bisnis Daring dan Pemasaran, Teknik Komputer dan Jaringan.
Semua jurusan tersebut sudah terakreditasi A, dan saat ini memiliki siswa yang cukup banyak yaitu mencapai 1206 siswa dengan 34 Rombel.
Sekolah ini berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Dasar dan Menengah Pasundan yang memiliki visi utamanya yaitu Luhung Elmuna, Jembar Budayana, Pengkuh Agamana. Sekolah ini memiliki ciri khas dalam hal pengembangannya, utamanya dalam bidang prestasi, keahlian kejuruan serta pengembangan budaya Sunda dan agama Islam.
Selain itu, sebagai sekolah yang bertujuan ingin menghasilkan lulusan yang memiliki keahlian menengah di bidang jurusannya, sekolah ini juga sudah dilengkapi dengan fasilitas dan sarana pendukung yang layak sesuai standart. Seperti adanya ruang praktek setiap jurusan yang berorientasi teknologi komputer, Sarana Ibadah, Sarana Olahraga, Toko Mini dan Bank Mini, Perpustakaan, Wifi untuk siswa, serta beasiswa bagi siswa yang berprestasi.
“Kami sudah beberapa tahun ini menyediakan program sekolah gratis bagi siswa yang tidak mampu namun memiliki keinginan yang kuat untuk sekolah melalui program Bina Lingkungan. Mereka kami bebaskeun murni dari segala pungutan biaya apapun, yang penting mereka tersebut ingin bener-bener sekolah dan kurang mampu,” papar Diki Ruchimat, Wakasek bidang kesiswaan SMK Pasundan 1 Banjaran saat ditemui di sekolah mewakili Kepala sekolah Drs. Ade Sudrajat M.
Lanjut Diki lagi, alasan kenapa SMK Pasundan mengadakan program sekolah gratis melalui program Bina Lingkungan ini, karena banyaknya anak usia sekolah yang putus di tengah jalan dengan alasan tidak ada biaya karena banyak hal.
“Sehingga atas kepedulian itulah maka sekolah melalui program tersebut ingin menjadi jembatan penyambung agar tidak ada lagi anak putus sekolah karena tidak mampu. Minimal sedikit bisa mengurangi usia putus sekolah setiap tahunnya, dan program ini sangat didukung sekali oleh kepala sekolah dan sudah berjalan beberapa tahun ini. Apalagi di tengah situasi pandemi saat ini tentunya yang tadinya sudah susah, jadi tambah susah, boro-boro buat bayar sekolah,” ungkap Diki, pendidik yang tampak selalu ceria ini.

SMK Pasundan 1 Banjaran, sebagai salah satu sekolah yang sudah cukup lama di kabupaten Bandung Selatan khususnya Banjaran, bukan saja sekolah yang sangat peduli akan nasib pendidikan anak bangsa. Hal itu sesuai dengan visi dan misi sekolah Luhung Elmuna, Jembar Budayana, Pengkuh Agamana, tentunya sekolah ini lebih menekankan bagaimana menjadi generasi penerus Pasundan yang memahami nilai-nilai budaya Pasundan yang sangat berpegang teguh pada agama dan budaya yang tidak meninggalkan etika dan ilmu serta modernisasi saat ini.
“Intinya kita tidak menutup mata akan kemajuan jaman. Kita harus tetap mengikuti jaman, namun harus tetap berpegang teguh akan adat, agama dan tradisi kita,” sambungnya.
Ditanya tentang prestasi apa saja yang pernah di raih oleh anak anak SMK Pasundan 1 Banjaran, Diki mengatakan, dalam hal prestasi, alhamdulilah anak-anak pernah menjadi juara 02SN Karate tingkat Nasional tahun 2018 di Medan, juga Juara Pertama JUMBARA Kabupaten 2017, anggota pramuka selama 2 event terakhir selalu mengikuti program Pelayaran Lingkar Nusatara bersama TNI AL.
“Dan beberapa prestasi lainnya sudah pernah kita peroleh tiap tahunnya. Namun untuk dua tahun ini karena situasi pandemi yang berkepanjangan, maka tidak ada lomba yang ada untuk kita ikuti,” terangnya.
“Kita berdoa saja, semoga pandemi ini segera berakhir, selanjutnya sekolah bisa seperti dulu lagi. Kita kasihan dengan anak-anak kalau begini-begini terus (sekolah daring), bukan berarti kita belum siap untuk daring terus-menerus, namun sekolah Tatap Muka itu jauh lebih efektif. Sebab dalam hal pembentukan karakter serta kepribadian siswa, rasanya akan sulit dengan pola pembelajaran seperti sekarang (daring). Semoga saja dalam waktu dekat ini semua sudah normal kembali. Kita hanya bisa berharaf dan berharaf saja,” kata Diki mengakhiri. (YD)
