Jakarta – Jumlah siswa yang belum menguasai keterampilan literasi dan numerasi dasar sangat banyak.
Padahal, siswa yang belum menguasai kemampuan dasar di jenjang tertentu akan semakin tertinggal di jenjang-jenjang berikutnya. Hal tersebut terungkap dari hasil Studi Kesenjangan Pembelajaran yang dilaksanakan oleh BSKAP dan Inovasi sejak 2020.
Direktur Program Inovasi, Mark Heyward mengatakan, sebanyak 18.370 siswa kelas 1-3 sekolah dasar dengan proporsi gender setara dari 612 sekolah yang dipilih secara acak berpartisipasi di dalam studi ini. Mereka berasal dari 11 kabupaten Inovasi di provinsi Jawa Timur, Kalimantan Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Untuk memberikan cakupan dan keseimbangan dalam seluruh aspek sistem pendidikan Indonesia, ditambahkan pula delapan kabupaten non-mitra Inovasi, yakni dari provinsi Jambi, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Selatan dan Maluku Utara.
Temuan studi tersebut dilaporkan dalam tiga seri. Di seri pertama yang berjudul Studi Kesenjangan Pembelajaran-seri 1. Tak Sekadar Huruf dan Angka: Pengaruh Pandemi Covid-19 dan Fondasi Dasar Literasi dan Numerasi di Indonesia.
Lalu pada laporan seri kedua berjudul Studi Kesenjangan Pembelajaran- seri 2, Mereformasi Kurikulum Indonesia: Bagaimana Kurikulum Merdeka Mengatasi Learning Loss dan Meningkatkan Hasil Belajar dalam Literasi dan Numerasi.
“Ada temuan terkait standar kurikulum nasional yang lebih tinggi dari laju kemampuan belajar siswa dan standar global,” kata Heyward dalam Temu Inovasi ke-14 di Jakarta, Selasa lalu.
Untuk itu, kata Heyward, reformasi kurikulum diperlukan karena kurikulum yang fokus terhadap kemampuan esensial berpotensi mengurangi menekan kehilangan hasil belajar (learning loss) selama pandemi.
Adapun pada laporan seri ketiga yang berjudul Studi Kesenjangan Pembelajaran-seri 3, Kesenjangan yang Kian Melebar: Dampak Pandemi covid-19 pada siswa dari kelompok paling rentan di Indonesia, terungkap, meskipun covid-19 berdampak untuk semua siswa, siswa dari kelompok rentan cenderung paling terdampak. Siswa dengan multi kerentanan berpotensi memiliki hasil belajar lebih rendah.