Seminar Nasional dan Pelatihan Menulis UIN Bukittinggi: Mengasah Keterampilan Menulis dalam Laju Akal Imitasi

Literasi508 Dilihat

BUKITTINGGI – Pesatnya laju teknologi dewasa ini yang di antaranya ditandai kehadiran artificial intelligence (AI) atau akal imitasi, tidak boleh menggerus keterampilan membaca dan menulis mahasiswa serta kejujuran akademis.

AI hanyalah alat yang tampak seolah-olah berpikir, padahal yang dilakukah hanyalah simulasi proses berpikir manusia, bukan pemahaman sesungguhnya.

Demikian risalah hasil Seminar Nasional Budaya Menulis Mahasiswa dan Pelatihan Karya Tulis Ilmiah dengan tema Mengasah Keterampilan Menulis, Menjunjung Kejujuran Akademis, yang digelar Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Karya Tulis Ilmiah dan Riset (UKM-KIR) Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi, (25-26/4/2025).

Rektor UIN Bukittinggi, Prof. Dr. Silfia Hanani, dalam sambutannya yang disampaikan Wakil Rektor Urusan Kemahasiswaan Dr. Edi Rosman, memandang penting seminar nasional dan pelatihan karya tulis ilmiah sebagai ikhtiar untuk mengasah literasi mahasiswa di tengah banjirnya arus informasi dewasa ini.

Ketua UKM-KIR UIN Bukittinggi, Tabriz, melaporkan seminar dan pelatihan karya tulis ilmiah itu diikuti mahasiswa dari negara jiran Malaysia dan Thailand, serta menghadirkan narasumber Dr. Albert, Dt. Bilang, dosen Universitas Deztron Indonesia, dan Dr. Yun Hendri Danhas, penulis nasional dan peneliti Head Institute Indonesia.

Kedua narasumber menegaskan, keunggulan AI dalam meniru akal manusia terletak pada kecepatannya dalam memproses data dan menghasilkan output. AI hanya menghasilkan keluaran sesuai inputnya. Suatu saat, AI akan kehabisan input data produksi manusia.

Menurut Albert, manusia tak hanya berpikir dan membuat keputusan berdasarkan data, tetapi juga berdasarkan pengalaman, intuisi, dan emosi. “Manusia memiliki kemampuan untuk melampaui data yang tersedia, menciptakan sesuatu yang benar-benar baru berdasarkan imajinasi, refleksi, dan kajian mendalam,” jelasnya.

Albert mengingatkan, mesti teknologi AI menyediakan banyak kemudahan, mahasiswa harus terus mengasah keterampilan membaca dan menulis.

“Jangan rabun membaca dan lumpuh menulis sebab secara fitrahnya, membaca dan meneliti adalah kebutuhan dan menjadi kebiasaan normal manusia. Setiap orang malah membutuhkan setiap usaha penelitian, ” ungkap Doktor Pendidikan Agama Islam itu.

Sementara itu, Yun Hendri Danhas, menggarisbawahi pentingnya kejujuran akademis dalam meneliti. “Ilmu pengetahuan akan berkembang dan naluri meneliti itu akan terus terjaga  jika kejujuran akademik juga terus dijaga,” jelasnya.

Dalam pekerjaan meneliti, lanjut Yun Hendri, ada pengetahuan, keterampilan dan sikap kejujuran. “Kerenanya, mengetahui metodologi penelitian tidak cukup, tapi mesti dilatih supaya terlatih dan dapat dipercaya, ” tegas penulis buku-buku Ilmu Lingkungan itu.(IN)

Blibli.com
Blibli.com