PAYAKUMBUH – Seluruh rangkaian ibadah haji yang dimulai dari berniat ihram dengan memakai pakaian ihram, yang tak ubahnya seperti mengafani diri sendiri, tawaf, sa’i, wuquf, dan melontar jumrah bermuara pada satu titik akhir, yaitu tauhid, mengesakan Allah Ta’ala yang tiada sekutu untukNya.
Demikian disampaikan Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Payakumbuh, Dr. H. Irwandi Nashir, pada Majelis Pengajian Jum’at yang digelar Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Payakumbuh di Masjid Ansharullah Muhammadiyah, Jum’at (30/5/2025) kemarin.
Dijelaskannya, berqurban secara zhahir adalah menyembelih hewan, dan secara hakiki mendidik jiwa kita untuk bertauhid yang ditandai dengan mengingat dan menyebut nama Allah Ta’ala yang telah menundukkan binatang ternak buat manusia, bersyukur atas nikmatNya, berbagi kepada sesama, dan keikhlasan dalam beramal seperti diajarkan dalam surat Al Hajj, 22:34-37.
Irwandi Nashir mengingatkan pentingnya memupuk keyakinan dan membuktikannya melalui tindakan dan amal. “Karenanya, sosok Nabi Ibrahim ‘alaihissalam sering diaktualkan kembali setiap bertemu dengan ‘Idul Adha, ” jelasnya.
“Hal itu bukan karena tak ada alasan sebab manasik haji dan penyembelihan qurban menapak tilas dan menyambungkan ingatan kita kepada keteguhan tauhid yang dimiliki Nabi Ibrahim ‘alaihissalam,” imbuh dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Bukittinggi itu.
Irwandi Nashir menguraikan, ujian pembuktian bertauhid datang silih berganti menghampiri Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.
“Usia 14 tahun, Nabi Ibrahim telah mencapai kecerdasan dan keyakinan bertauhid yang diungkapkan melalui pengakuan seperti diabadikan dalam surat Al A’am,6:79,” terangnya.
Pada usia 16 tahun, lanjutnya, nabi Ibrahim tegar menghadapi eksekusi hukuman bakar atas dirinya. Allah Ta’ala lalu menyelamatkannya. “Usia 75 tahun putus hubungan dengan bapaknya, Azar, yang terus menghalangi dakwah tauhid Nabi Ibrahim dan mengancam keselamatan jiwa anaknya itu, ” jelasnya.
“Lalu, usia 87 tahun diperintahkan membawa Hajar dan bayinya,Ismail ke Mekkah yang gersang dan tak berpenghuni, ” imbuhnya. Ditambahkannya, 12 tahun kemudian, nabi Ibrahim diperintahkan Allah Ta’ala untuk menyembelih Ismail.
Dalam paparannya, Irwandi Nashir menguraikan, nalar dan keyakinan bertauhid yang dimiliki nabi Ibrahim berdiri kokoh di atas bukti-bukti kebenaran bertauhid yang diajarkan langsung oleh Allah Ta’ala kepadanya seperti dijelaskan dalam surah Al An’am, 80-83.
Dikatakannya, hujjah bertauhid itu adalah bahwa seseorang bertauhid karena hidayah Allah Ta’ala, tidak ada yang dapat mengalahkan ketakutan melebihi ketakutan kepada Allah Ta’ala, tidak menuhankan akal, sebab akal itu pasti tunduk kepada Allah Ta’ala yang ilmuNya sangat luas, tauhid adalah ajaran yang logis dan mencerdaskan akal, dan tauhid yang tak dikotori oleh kemusyrikan berdampak pada ketenangan hidup.(IN)