
WPdotCOM — Aku dibesarkan dan mendapatkan ilmu yang begitu berharga dalam hidupku di sebuah pondok pesantren. Bukan saja ilmu duniawi, namun juga ilmu ukhrawi yang jarang didapatkan oleh mereka yang menempuh pendidikan umum.
Berbekal ilmu dan pengalaman yang aku dapatkan dari pondok, ternyata aku merasakan manfaat yang amat besar dalam menjalani hidup ini. Kehidupan memang identik dengan masalah, siapapun orangnya. Apapun profesinya asalkan masih bernyawa, pasti akan mengalami masalah, begitu pula dengan profesiku saat ini.
Saat ini aku berprofesi sebagai guru Agama di sebuah lembaga pendidikan dasar di Kota Malang. Aku sangat menikmati profesi ini. Bekal ilmu keguruan yang kutempuh semasa kuliah, telah mengantarkan aku menjadi guru bagi anak-anakku di rumah dan di sekolah.
Sekolah menjadi rumah kedua bagiku. Dimana aku banyak menghabiskan waktu setelah anak didikku pulang. Bagi sebagian teman ini merupakan sesuatu yang konyol, bagaimana tidak? Pulang awal, istirahat bersama keluarga di rumah, pasti lebih enak bila dibandingkan dengan duduk sendiri di dalam kantor tanpa seorang teman
Namun, dalam kesendirianku itulah aku menemukan inspirasi yang bisa kujadikan prinsip hidup, bahwa segala sesuatu yang kita lakukan, bila kita niatkan sebagai ibadah, maka akan bernilai dan tidak akan sia-sia.
Untuk menjadi hebat kita harus gila. Maksudnya apa yang tidak biasa dilakukan kebanyakan orang, asalkan itu baik, maka lakukanlah.
Hidup harus mempunyai target, begitu pula seorang guru harus memiliki target, baik dalam jangka panjang maupun pendek. Karena dengan target itulah kita mempunyai semangat dalam meraih tujuan yang akan kita capai.
Guru juga harus mempunyai rasa memiliki. Jadikan sekolah yang kita tempati adalah milik kita. Jika kita sudah merasa memiliki, maka pekerjaan serasa ringan dan lebih bertanggungjawab. Semua tugas kan kita lakukan dengan sebaik mungkin.
Berlomba-lomba dalam kebaikan harus menjadi motto kita. Jangan menularkan kejelekan kepada orang lain, karena kejelekan merupakan virus yang harus diberantas dan dibunuh.
Penulis: Marfu’ah (Guru SD Negeri Tunjungsekar 3 Kota Malang)
