500-an Warga Desa Labalimut-Lembata Ikut Konsumsi Ramuan Lokal demi Mencegah Covid-19

Berita Daerah49 Dilihat

WPdotCOM, Lembata — Berbagai metode dilakukan oleh pemerintah mulai dari tingkat kabupaten sampai desa untuk menangkal laju Covid-19 di Kabupaten Lembata. Mulai dari edukasi lisan sampai pengadaan alat pelindung diri (APD).

Selain pengadaan alat pelindung diri berupa masker, sarung tangan, tong pencuci tangan, hand sanitizer dan disinfektan, pemerintah desa Labalimut-Boto, Kecamatan Nagawutung, Kabupaten Lembata NTT, mendesain cara unik untuk menolong warga desanya membentengi diri dari serangan Covid-19.

Albertus Laurensius Boli Blikon, SE, penjabat Kepala Desa Labalimut-Boto Lembata mengatakan, salah satu upaya pencegahan Covid-19 yang dilakukan pemerintah desa bekerja sama dengan bidan desa dan komunitas suster SSpS (Komunitas biarawati Katolik), adalah meracik ramuan tradisional sebagai konsumsi masyarakat untuk menjaga imunitas tubuh di masa Covid-19.

Menurut Albert, awalnya tidak terpikirkan. Namun setelah mendapat masukan dari para suster untuk membuat minuman segar dari ramuan lokal untuk meningkatkan daya tahan tubuh, maka pemerintah desa pun merespon langkah positif ini.

Albert menyebutkan, selain peralatan seperti masker, sarung tangan dan tong pencuci tangan yang didatangkan oleh pemerintah desa dengan dana desa, pemerintah desa bahkan mendorong masyarakat untuk bisa berkreasi membuat peralatan-peralatan seperti masker, tong cuci tangan dan lainnya. Terkait masker, jenis kainnya direkomendasikan oleh bidan desa.

“Setelah saya membaca berbagai berita dan sumber tentang Covid-19 sambil berdiskusi dengan bidan desa dan perawat terkait virus ini. Satu hal yang yang menarik adalah soal imun tubuh manusia,” ujarnya.

Selanjutnya hasil diskusi ini mendapat penegasan dari para suster saat mendatangi rumah penjabat kepala desa. Hasilnya sejalan dengan diskusi yang telah dilakukan pihak penjabat dan bidan desa. Para suster dimintai kesediaannya untuk membuat ramuan itu dengan dana pengadaan bahan mentah dari desa. Para suster menyatakan kesediaannya untuk membuat ramuan ini demi menolong warga desa untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya. Minuman sehat ini diprioritaskan untuk para lansia.

Menurut penjabat kepala desa, lansia menjadi prioritas karena daya tahan tubuh orang tua semakin menurun ketika usia terus bertambah dan menua. Orangtua mesti diberi minum agar menambah daya tahan tubuhnya. Ia menegaskan, daya obat ini bertahan dalam tubuh selama dua minggu. Selain itu, kasiat ramuan ini bukan hanya menambah daya tahan tubuh tetapi juga menyembuhkan penyakit-penyakit kronis yang ada di dalam tubuh seperti lever, kanker dan penyakit dalam lainnya.

“Setelah minum satu minggu kemudian bisa melakukan check-up ke dokter untuk memastikan penyakit-penyakit yang pernah diderita masyarakat. Selain lansia, ia juga merencanakan untuk anak-anak akan juga akan diberi minum,” ujarnya.

Ia mengatakan, dalam waktu tiga, mulai Selasa-Kamis, (21-23/4) sekitar 500-an warga yang ikut mengkonsumsi ramuan berkasiat ini. Demi mematuhi protokol kesehatan, maka dibagi per dusun untuk jadwal konsumsinya. Pada hari  pertama jumlah warga yang hadir untuk konsumsi minuman tersebut sekitar 130-an orang. Hari ke-2 sekitar 150-an warga dan hari ketiga sekitar 150-an warga. Kegiatan ini juga didukung oleh anggota dua anggota DPRD setempat yakni Petrus Bala Wukak dari Partai Golkar dan Florentinus Pukan dari partai PDI Perjuangan. Menurut Albert, secara ekonomi, masyarakat terbantu karena seluruh bahan mentah dibeli dari masyarakat, juga yang bekerja dibiayai dari dana desa sehingga perputaran roda ekonomi di desa tetap berjalan.

Albert berharap agar masyarakat tetap menaati regulasi yang diinstruksikan pemerintah seperti jaga jarak, pakai masker, cuci tangan, jaga kesehatan, dan lain-lain. “Dengan adanya kegiatan ini, maka ke depannya akan dijadikan program untuk menunjang posyandu lansia dan balita juga pemberdayaan PKK-Dasawisma demi memanfaatkan potensi lokal untuk usaha kuliner. Dan hal ini sudah dikomunikasikan dengan ibu-ibu RT dan kader-kader di desa,” pungkasnya.

Sementara itu, Sr. Maria Mathilda Watu, SSpS mengatakan, kegiatan meramu obat ini sudah dibuat sebagai minuman daya tahan tubuh di komunitas susteran. Supaya suster-suster tetap sehat dalam pelayanan kepada umat. Kalau memang dikonumsi terus-menerus akan terhindar dari flu dan gejala-gejala penyakit lainnya. menurutnya, ramuan ini namanya wedang jahe.

Ia menambahkan, karena serangan Covid-19 lebih pada organ pernapasan dan tenggorokan, maka kita harus buat sesuatu untuk menambah daya tahan tubuh supaya tidak mudah terserang flu karena flu melemahkan stamina dan tubuh kita mudah terserang penyakit lain apalagi lansia.

“Ramuan ini pernah kami tawarkan kepada pemerintah desa untuk membuat pelatihan pembuatan tahun lalu (2019) tetapi tidak direspon pemerintah desa, dan sekarang berkat Covid-19 pemerintah desa merespon dengan positif pembuatan minuman segar ini,” ungkapnya.

Di akhir pembicaraan, ia menyebutkan ada sepuluh nama ramuan alami yang bisa diracik untuk jadi minuman segar yakni jahe sebagai bahan utama, temulawak, sere, kunyit, daun pandan, daun salam, daun jeruk, buah cengkeh, santan kelapa, gula merah/pasir, dan kapulaga (sejenis bawang kecil). Menurutnya, semuanya diracik, dengan dipotong-potong dan dimemarkan. Khusus jahe dibakar lalu dikupas kulitnya, dicuci bersih selanjutnya dimemarkan begitu juga sere lalu dicampurkan dengan bahan lain dan direbus selama kurang lebih 45 menit. Setelah mendidik daun dan umbi-umbian tadi diangkat lalu dimasukan santan kedua. Setelah itu dididihkan kembali selanjutnya dimasukan santan pertama lalu masukan gula merah yang terakhir. Kurang lebih 10 menit mendidih lalu diambil dan disajikan dalam kondisi panas. Bisa makan dengan roti atau biscuit.

Fransiskus Pati Baon, Ketua BPD sekaligus mewakili masyarakat mengatakan, aksi minum ramuan masal ini direspon dengan antusias oleh masyarakat desa Labalimut. Menurutnya, masyarakat senang sekali. “Minum jamu untuk mencegah Covid-19 dan juga sangat bermanfaat bagi masyarakat untuk mencegah dan mengobati penyakit. Kiranya hal yang baik ini diterapkan dalam program-program selanjutnya,” ujarnya saat sedang bersama masyarakat  dalam sesi minum hari ketiga.

Anggota DPRD Kabupaten Lembata dari Partai Golkar, Petrus Bala Wukak, SH

Di kesempatan yang sama, Anggota DPRD dari Partai Golkar Kabupaten Lembata, Petrus Bala Wukak juga menanggapi aksi positif dari pemerintah desa ini. Menurutnya, apa yang dilakukan oleh pemdes bekerja sama denga bidan dan para suster merupakan kearifan lokal yang mesti terus dikembangkan.

“Apalagi menggunakan bahan-bahan tradisonal untuk peningkatan imun tubuh. Jadi kita mendukung dan kita minta penjabat untuk kembangkan itu,” demikian ia menambahkan.

Ia menyebut, pemerintah desa, komunitas susteran, dan bidan desa, mesti terus bersinergi untuk mengembangkan kearifan lokal ini dalam pemenuhan kebutuhan kesehatan dan peningkatan ekonomi masyarakat.

Pewarta: Albertus Muda

Blibli.com
Shopee Indonesia
Blibli.com

Tinggalkan Balasan