Wasathiyyah, Solusi Perajut Persatuan yang Ramah

Shopee Indonesia
Shopee Indonesia

Wasatiyyah atau moderasi beragama bukanlah bersikap tidak jelas dan tidak tegas meski pun diantara indikatornya adalah  lemah lembut dan sopan santun namun bukan berarti menghadapi persoalan dengan tidak bijak. Wasathiyyah justru juga hadir dengan sikap adil atau meletakkan sesuatu pada tempatnya.  Maka, disinilah ayat-ayat yang menganjurkan bersikap  tegas kepada orang kafir dan musyrik, tidak serta merta sikap tegas itu dihiasi dengan tindakan kasar dan kejam.

Sebagai contohnya, siapa yang tidak kenal dengan  Abdullah bin Ubay bin Salul, yang kemunafikannya terlihat nyata dan menjengkelkan. Di saat itu Rasulullah justru menolak menjatuhkan hukuman mati terhadap Abdulah bin Ubay tersebut atas usulan Umar bin Khattab. Hal ini bukan karena ia tidak wajar divonis dengan hukuman mati, tetapi berdasarkan pertimbangan sebagaimana yang disampaikan Nabi “nanti orang akan berkata, Muhammad membunuh ‘sahabat’nya (HR. Bukhari)

Istilah Wasathiyyah sebenarnya juga sudah disebut jelas didalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah 143:

Shopee Indonesia

 

وَكَذَ لِكَ جَعَلۡناكمۡ أُمَّة وَسَطا لِّتَكُونُوا۟ شُهَدَاۤءَ عَلَى ٱلنَّاسِ وَیَكُونَ ٱلرَّسُولُ عَلَیۡكُمۡ شَهِیداۗ

Artinya : Demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan, agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.

Dalam hal ini penulis  sedikit ingin menjelaskan makna جعلناكم أمة وسطاsebagai dasar istilah washatiyyah.

جعلناكمmerupakan bentuk fi’il madhi (kata kerja masa lampau) Ia terambil dari kaa ja’ala yang biasa diartikan dengan “menjadikan” kata ini biasanya membutuhkan objek. Dalam potongan ayat ini, kita menemukan dua objek yaitu kamu dan ummatan washatan. Quraish Shihab cendrung menafsirkan penggalan ini dengan mengatakan bahwa yang dimaksud dengan “telah menjadikan”  adalah telah menjadikan untuk manusia potensi yang mesti digunakan agar mereka dapat tampil sebagai ummatan wasathan.

أمةterambil dari kata amma أم  yaumu يوم  yang berarti menuju, menumpu dan meneladani, dari akar kata yang sama lahir kata umm yang berarti ibu dan imam/pemimpin, karena keduanya adalah teladan, tumpuan dan harapan. Al-Biaq’I dalam tafsirnya bahwa kata ummah terambil darikata al-amni, berarti “keterikutan sejumlah hal menuju satu arah sehingga berakhir pada imam”. Al-ashfani dalam mu’jamnya mengemukakan bahwa ummah digunaka untuk semua kelompok yang dihimpun oleh sesuatu seperti agama yang sama, waktu atau tempat yang sama serta nilai yang sama.

Dari makna yang

Blibli.com
Shopee Indonesia