Nasib Perempuan Lembata yang Kian Terancam

Berita Daerah326 Dilihat

WPdotCOM, Lembata – PERMATA salah satu LSM yang menangani kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Lembata terus menginisiasi berbagai organisasi di Lembata untuk duduk bersama dalam sebuah diskusi terbatas yang menyoroti tentang eksistensi perempuan Lembata yang kian suram oleh karena kondisi-kondisi sosial juga budaya patriarkat yang kurang berpihak pada kaum perempuan.

Diskusi yang menghadirkan Nurhayati Kasman, SH salah satu pengacara perempuan asal Lembata yang saat ini bekerja di LBH SIKAP Lembata yang berlangsung di Sekretariat PERMATA pada Selasa (20/10/20200) menjadi sangat menarik karena perempuan asal Kedang ini mencoba membeberkan berbagai hal tentang perempuan Indonesia khususnya Lembata yang selalu berada pada posisi yang dieksploitasi.

Pengacara muda yang juga salah satu anggota yang dipercayakan merintis organisasi Solidaritas Perempuan Indonesia (SPI) di NTT mengatakan, saat ini SPI sebagai salah satu organisasi nasional yang peduli perempuan baru tersebar di 11 provinsi. Menurutnya, struktur SPI NTT belum terbentuk karena saat ini masih dilakukan pemetaan terkait situasi dan kondisi. Meski demikian, ia mengisahkan, SPI telah melakukan beberapa kajian terkait persoalan tanah yang menimpa perempuan adat di Besipae pada tahun 2016 silam.

Pengacara muda yang saat ini dipercayakan sebagai Kabid Perlindungan Anak dan Perempuan pada LBH SIKAP Lembata mengatakan, ada 4 (empat) isu pokok yang akan terus dikampanyekan oleh SPI meliputi: buruh migran perempuan, perempuan berdaulat atas tanah, perdagangan perempuan dan seksualitas perempuan.

Keempat isu pokok dan sentral sekaligus menjadi program nasional SPI ini hendaknya tidak menjadi program eksklusif SPI tetapi sedapat mungkin dijadikan aksi bersama dengan membangun jaringan antarorganisasi yang menangani berbagai persoalan di bidang kemanusiaan khususnya perempuan Lembata.

Pose bersama dari kiri ke kanan, Albertus Muda (Penyuluh Agama Non PNS), Reineldis Wayan (Aktivis KAsih Insani) dan Maria Loka (Ketua LSM PERMATA Lembata).

Menurut Nur sapaan akrabnya, NTT merupakan kantong buruh migran perempuan terbesar di Indonesia. Saat ini katanya, pemerintah Malaysia sedang berkoordinasi dengan pemerintah Indonesia untuk melakukan deportasi buruh migran asal Indonesia yang berjumlah sekitar 420-an orang. Dari jumlah tersebut lanjutnya, 240 buruh migran berasal dari NTT. Ia sangat menyayangkan karena para buruh migran yang dipulangkan banyak juga yang terinfeksi HIV/AIDS.

Perempuan yang pernah menjadi bagian dari LSM PERMATA Lembata ini juga menyayangkan penanganan kasus-kasus selama ini khususnya perzinahan dan pelecehan maupun pemerkosaan, sering penanganan perkaranya kurang mempertimbangkan perspektif korban khususnya korban perempuan dan anak. Ia menegaskan bahwa pada titik ini tampak jelas kekurangberpihakan hukum terhadap kaum perempuan. Di satu sisi, nasib perempuan terus terancam, di lain sisi, keberpihakan terhadap korban perempuan pun rasanya sangat jauh bahkan nihil.

Blibli.com
Blibli.com