Pendidikan Anak Berkarakter Islami

Shopee Indonesia
Shopee Indonesia

SNdotCOM – Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang semakin hari semakin mendunia, sangat mempengaruhi seluruh lini kehidupan.

Suka atau tidak, membawa dampak positif dan negatif bagi manusia, yang harus di hadapi. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan tersebut, sangat memudahkan dalam segala urusan. Namun, tidak dapat dielakkan juga membawa nilai-nilai negatif bagi siapa saja yang tidak bisa membentengi diri. Sehingga, semakin hari semakin dirasakan menurunnya nilai karakter, terutama bagi generasi muda.

Oleh karena itu, perlu ditanamkan pendidikan karakter sejak usia dini. Terutama pembentukan karakter Islami pada generasi selanjutnya. Dalam pembentukan karakter Islami, semua komponen di lingkungan pendidikan diupayakan menciptakan situasi dan lingkungan yang memungkinkan semua pihak mendapatkan inti dari agama Islam tersebut.

Shopee Indonesia

Dalam pembelajaran dan pembiasaan, dapat ditempuh cara-cara yang mengedepankan internalisasi nilai-nilai keberimanan. Apabila pendidikan anak jauh dari akidah Islam, lepas dari ajaran religius, dan tidak berhubungan dengan Allah SWT, maka tidak diragukan lagi anak akan tumbuh dewasa di atas dasar kefasikan, penyimpangan, kesesatan, dan kekafiran.

Anak akan meugikuti nafsu dan bisikan-bisikan setan, sesuai dengan karakter, tabiat, fisik, keinginan, dan tuntutannya yang rendah. Kalau karakter, watak, dan sikap anak bertipe pasif dan pasrah, maka anak akan hidup sebagai orang bodoh.

Hidupnya seperti mati, bahkan keberadaannya seperti tidak adanya. Tiada seorang pun yang merasa perlu akan hidupnya, dan kematiannya tidak akan mempunyai arti apapun. Keadaan seperti ini digambarkan oleh seorang pujangga itulah orang yang jika hidup tidak dapat dimanfaatkan, dan jika mati tidak akan ditangisi oleh kerabatnya.

Melalui pendidikan berbasis Islami, seorang anak akan mendapatkan ruang seluas-luasnya untuk membentuk karakter yang sesuai dengan kehendak pencipta-Nya. Pendidikan karakter Islami, bukan hanya merupakan tanggung jawab orang tua semata, atau pun tanggung jawab guru di sekolah saja, atau mungkin tanggung jawab pemerintah dan masyarakat. Untuk menciptakan generasi yang berkarakter Islami, yang jauh dari kesesatan dan kemaksiatan, merupakan tanggung jawab bersama.

Hal ini sejalan dengan istilah Tripusat Pendidikan,  yaitu, pertama, pendidikan orang tua atau pendidikan di lingkungan keluarga. Kedua, pendidikan dari guru atau lingkungan sekolah, dan yang ketiga tanggung jawab masyarakat atau pemerintah.

Sebagaimana diketahui, seorang anak tidak mungkin selalu berada di bawah pengawasan orang tuanya di rumah selama dua puluh empat jam, dan tidak mungkin juga berada di lingkungan secara terus-menerus. Akan tetapi, seorang anak juga akan berkecimpung di tengah masyarakat luas. Oleh karena itu, jika semua pihak ingin menyelematkan generasi yang akan datang tetap menjadi generasi berkarakter, maka Tripusat Pendidikan harus bersinergi, bekerjasama untuk mewujudkan generasi yang berkarakter. (*)

Penulis: Eli Delfita, S.Ag (Guru SDN 01 Lima Kaum Tanah Datar)

Blibli.com
Shopee Indonesia