WPdotCOM – Di masa pandemi, pengamatan fenomena dalam Fisika dilakukan siswa di rumah. Pengamatan tersebut melibatkan alat dan bahan yang perlu pendampingan guru.
Fenomena fisis adalah hal yang seharusnya diamati oleh siswa ketika mempelajari Fisika. Segala konsep dan teori dalam Fisika, diturunkan dari hasil pengamatan fenomena tentang properti dan perilaku materi dan energi. Tanpa ada pengamatan itu, tentunya segala teori dan konsep Fisika yang dipelajari hanya berakhir di atas kertas.
Tidak semua fenomena fisis dapat diamati oleh siswa secara swadaya. Di mana alat dan bahan disediakan oleh pihak siswa secara mandiri. Alat-alat yang dibutuhkan dalam pengamatan atau praktik tidak semuanya tersedia di sekitar siswa. Terdapat beberapa alat untuk pengamatan yang harganya cukup mahal, misal osiloskop, dan beberapa alat praktikum lainnya tidak boleh digunakan siswa tanpa pendampingan secara tatap muka, karena cukup berbahaya, seperti sumber tegangan listrik.
Kompetensi fisika untuk kondisi khusus yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan nomor 018/H/KR/2020, mengandung hal-hal yang melibatkan pengamatan dengan menggunakan peralatan sulit diperoleh oleh siswa. Sebagai contoh, kompetensi “Mempresentasikan prinsip kerja penerapan rangkaian arus bolak- balik (AC) dalam kehidupan sehari-hari”.
Dalam kompetensi tersebut tentulah melibatkan peralatan yang dapat menampakkan fenomena kelistrikan AC. Peralatan yang dibutuhkan untuk menampakkan kelistrikan AC adalah sumber AC dengan tegangan rendah dan osiloskop. Selain pengadaan alat osiloskop, juga berbahaya jika tidak didampingi oleh guru secara tatap muka karena menggunakan tegangan listrik.
Tuntutan kurikulum Fisika dan hambatannya sebagaimana tersebut di atas, perlu disiasati secara bijaksana namun tanpa menghilangkan esensi dari setiap kompetensi. Semua kompetensi dalam pelajaran Fisika yang telah ditetapkan oleh pemerintah hendaknya diajarkan dan dilatihkan kepada siswa. Karena satu kompetensi menjadi menjadi prasyarat bagi kompetensi selanjutnya, walaupun terkendala. Selain itu, Fisika merupakan dasar dari teknologi, di mana setiap teknologi di sekitar kita digali dari ilmu Fisika.
Dengan menguasai kompetensi-kompetensi dalam pembelajaran Fisika, diharapkan para siswa dapat mengevaluasi berbagai macam teknologi di sekitarnya secara mendalam. Tingkat kedalaman pemikiran siswa dalam mengevaluasi berbagai macam teknologi dapat mempengaruhi tingkat kewaspadaan siswa dalam dunia teknologi.
Sebagai contoh, dengan menguasai kompetensi tentang arus bolak-balik (AC), siswa akan waspada secara proporsional (tidak berlebihan) dengan dampak negatif dari AC, yaitu AC dapat dengan mudah membangkitkan listrik di benda lain, walaupun benda tersebut tidak bersentuhan dengan sumber AC tersebut, tidak terkecuali tubuh manusia.
Selain itu, tingkat kedalaman pemikiran siswa dalam mengevaluasi teknologi dapat memberikan inspirasi kepada siswa dalam mengatasi masalah sehingga siswa menjadi pribadi yang kreatif dan inovatif. Sebagai contoh, dengan mengetahui sifat AC yang dapat menginduksi benda lain, siswa dapat memanfaatkan, atau mengembangkan alat detektor kabel putus dengan benar.
Terkait permasalahan dalam pembelajaran Fisika sebagaimana terurai di atas, terdapat tiga cara yang mungkin dapat diterapkan dalam mengajarkan kompetensi keterampilan dan menyajikan fenomena fisis kepada siswa. Cara pertama adalah menugaskan praktik untuk dilakukan oleh siswa secara mandiri dan swadaya. Dalam cara ini, siswa diinstruksikan untuk menyediakan sendiri alat dan bahan praktik, merakit alat dan bahan tersebut, lalu melakukan praktik sesuai prosedur dalam lembar kerja. Cara ini hanya sesuai untuk praktik yang hanya melibatkan alat dan bahan yang aman dan terjangkau oleh siswa, walaupun alat dan bahan tersebut bersifat alternatif.
Sebagai contoh, praktik bandul matematis. Dalam praktik ini, siswa dapat menyediakan sendiri alat-alat seperti penggaris, gunting, dan gantungan sebagai pengganti statif yang biasanya digunakan jika praktikum dilakukan di laboratorium. Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah tali dan benda apapun sebagai bandul, tidak harus bandul yang bentuknya seperti yang ada laboratorium karena pada hakikatnya frekuensi bandul tidak dipengaruhi oleh massa beban bandul.
Cara kedua dalam mengajarkan kompetensi keterampilan adalah praktik dengan menggunakan perangkat lunak simulator, misal PhET. Kelebihan cara ini, siswa tetap dapat mengamati fenomena fisis atau melakukan manipulasi besaran-besaran fisis di dalamnya tanpa membeli alat dan dan bahan. Kelemahan cara ini adalah fenomena fisis yang ditampilkan oleh simulator hanya berdasarkan perhitungan dari pembuatnya, sedangkan fenomena fisis alami memiliki faktor-faktor yang mungkin terabaikan atau belum terungkap. Cara ini sesuai untuk kondisi di mana sekolah tidak mampu menyediakan alat atau bahan yang asli, mungkin karena tidak ada biaya atau sulit mencari penjualnya.
Cara ketiga dalam mengajarkan kompetensi keterampilan adalah membuat video tentang praktikum. Kemudian video tersebut diamati dan dianalisis datanya oleh siswa. Cara ini mungkin lebih mendekati praktikum yang sebenarnya karena konten video yang diamati oleh siswa adalah fenomena asli, bukan animasi.
Namun demikian, cara ketiga ini memiliki banyak tantangan, di antaranya adalah guru (pembuat video) harus benar-benar memiliki kemampuan dalam pengambilan gambar dan pengaturan narasi agar siswa dapat mengamati fenomena fisis secara lengkap, tidak hanya mengamati kejadiannya tetapi juga dapat mengamati angka yang ditampilkan oleh alat-alat ukur.
Meninjau uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya semua kompetensi pelajaran Fisika yang ditetapkan oleh pemerintah dapat diajarkan dengan menggunakan cara-cara alternatif. Siswa tetap dapat menerima esensi dari setiap kompetensi yang diajarkan, walaupun hasil pembelajaran dengan cara-cara alternatif tersebut tidak sebaik hasil pembelajaran dengan cara yang seharusnya.
Penulis: Akbar Kurniawan, S.Si, M.Pd (Guru Mapel Fisika SMA negeri 3 Kota Batu)