WARTA PENDIDIKAN – Di jalan lintas antara Padangpanjang dan Bukittinggi, tepatnya di seberang talago yang indah itu berdiri sebuah madrasah bersejarah dengan guru-gurunya yang hebat. Ribuan alumninya sudah tersebar di Nusantara dan berdiaspora hingga ke berbagai negara.
Madrasah Aliyah Negeri (MAN)/MAPK (Madrasah Aliyah Program Khusus) Koto Baru Padangpanjang nama madrasah itu. Ada nama Padangpanjang di belakangnya, padahal madrasah ini berada di Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar.
Itu pula uniknya nama madrasah ini. Koto Baru adalah salah satu nagari di Kecamatan X Koto. Kini, meski nama resminya MAN 2 Padangpanjang, tapi yang lekat di lisan masyarakat dan alumninya tetap saja MAN/MAPK Koto Baru Padangpanjang. Dalam membaca peta pendidikan Sumatera Barat, keberadaan MAN/MAPK Koto Baru Padangpanjang ini perlu dikenal dan diulas.
Lima puluh tahun silam, tepatnya tahun 1970, berdiri Yayasan Pendidikan Islam Koto Baru. Yayasan ini menaungi sebuah PGA (Pendidikan Guru Agama) Swasta yang akhirnya menjadi PGA Negeri. Bekas asrama PGA itu dapat dijumpai di belakang pasar sayur Koto Baru yang kini berfungsi menjadi surau. Masyarakat menyebutnya dengan nama ‘Surau Usang’ (usang artinya lama). Surau itu menjadi semacam ‘labor’ bagi siswa MAN untuk berlatih menjadi imam dan berceramah. Selama bersekolah di Koto Baru, saya kerap jadi ‘asisten garin’ (pembantu marbot) di surau itu.
Tahun 1983,berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI, tanggal 29 Mei 1983, PGAN itu beralih bentuk menjadi Madrasah Aliyah Negeri (MAN)/MAK (Madrasah Aliyah Khusus) 1 Padangpanjang yang dikenal dengan nama MAN/MAPK Koto Baru. MAN Koto Baru juga ditunjuk pemerintah untuk menyelenggarakan sebuah program khusus keagamaan yang dikelola melalui Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK). Karenanya, nama MAN Koto Baru menggandeng nama MAPK, lengkapnya MAN-MAPK Koto Baru Padangpanjang.
Kelahiran MAPK diprakarsai oleh Menteri Agama semasa Munawir Sadzali. MAPK digagas pada tahun 1987 sebagai proyek prestisius Departemen Agama untuk mengantisipasi akutnya persoalan madrasah, terutama menyangkut pengkaderan ulama (program tafaqquh fiddin).
MAPK dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 73,Tahun 1987 itu adalah sebuah pilot project membentuk generasi baru untuk dipersiapkan menjadi pegawai Kementerian Agama yang lebih profesional dan berwawasan luas serta moderat, agar mampu memahami perbedaan pemikiran keagamaan di tengah-tengah masyarakat.
MAPK ini mula-mula dibuka di lima daerah yakni di Padangpanjang, Ciamis, Yogyakarta, Jember, dan Ujung Pandang. Pada tahun 1990 dibuka lagi di Lampung, Surakarta, Mataram, dan Martapura. Untuk masuk MAPK seleksinya sangat ketat. MAPK terbukti dinilai berhasil menelorkan alumni yang tampil menjadi ulama yang memadukan wawasan keislaman, keindonesiaan, dan kemoderenan secara apik dan memikat.
Sejak didirikan, MAN/MAPK Koto Baru Padangpanjang telah mencetak ribuan alumni. Khusus untuk MAPK, alumninya memiliki kualitas lebih baik dibandingkan yang lain terutama dalam penguasaan pelajaran Agama Islam dan bahasa Arab.
Kepala MAN/MAPK Koto Baru Ustadz Drs. Dariman, S.Pd., menjelaskan, di antara kekhasan madrasah yang dipimpinnya adalah mengintegrasikan al-Qur’an dan as-Sunnah ke dalam seluruh materi pelajaran. Menurutnya melalui model pembelajaran ini, dibangun fondasi wawasan keilmuan peserta didik yang memiliki kesadaran bahwa semua yang mereka pelajari, hakikatnya adalah ayat-ayat Allah Ta’ala, yaitu ayat yang diwahyukan Allah dan ayat-ayatNya dalam makna tanda-tanda keagungan Allah Ta’ala di alam semesta ini.
Dalam pengamatan penulis, Pasca Menteri Munawir Sadzali dan Tarmizi Taher, MAPK diakui sempat bak menjadi ‘anak yatim’ yang tak dapat perhatian. MAPK seperti ‘program sisipan’. Ini tentu beda misalnya dengan SMA Taruna Nusantara, sekolah yang digagas oleh Menteri Pertahanan dan Keamanan saat itu, Jenderal LB Moerdani, yang diresmikan oleh Pangab saat itu, Jenderal Try Sutrisno pada tahun 1990.Padahal usia MAPK 2 tahun lebih tua daripada SMA Taruna Nusantara.
Ganti Menteri, ganti kebijakan. MAPK kini tetap eksis, namun format MAPK ke depan mesti dirumuskan kembali. Hemat penulis, MAPK dijadikan nomenklatur pendidikan atau Unit Pelaksana Teknis (UPT) tersendiri berdasarkan Peraturan Menteri Agama. Pelaksanaannya tidak dititipkan kepada satuan kerja Madrasah Aliyah Negeri yang ditujuk. Secara administrasi kelembagaan, manajemen pengelolaan, sarana dan prasarana, gedung, tenaga guru, dan kurikulum dikelola secara penuh dan otonom oleh satuan kerja MAPK. Artinya, tidak lagi seperti sekarang yang menempel pada MAN reguler.
Budi Baik Masyarakat Koto Baru
Sejarah panjang MAN/MAPK Koto Baru nyata berjalin berkulindan dengan jasa dan peran aktif masyarakat setempat dan pemuka masyarakat Koto Baru. Atas izin Allah Ta’ala, semua bermula dari sekolah agama swasta yang disokong oleh masyarakat Koto Baru yang mayoritas adalah para petani sayur yang tangguh dan ulet. Masyarakat petani yang peduli dengan pendidikan agama. Masyarakat Koto Baru juga terkenal ramah dan mengayomi “Anak MAN” sebutan mereka untuk pelajar MAN-MAPK Koto Baru.
Terima kasih masyarakat Koto Baru. Terimakasih juga buat guru-guru kami. Semoga semua itu menjadi amal jariah disisi Allah Ta’ala. (*)
Penulis: Dr. Irwandi Nashir (Alumni MAN Koto Baru Angkatan 1998/Dosen UIN Bukittinggi, E-mail: irwandi@uinbukittinggi.ac.id)