WPdotCOM – Saling bertegus sapa dalam artian menyapa antara sesama, bisa menjadi jembatan hati dengan yang lainnya.
Menyapa orang lain walaupun belum dikenal ddekat, akan memberikan anggapan atau sangkaan dari orang yang disapa bahwa orang yang menyapanya adalah orang baik.
Manusia adalah sebagai makhluk sosial yang saling ketergantungan satu dengan yang lainya. Artinya manusia tidak bisa hidup sendiri, butuh orang lain sebagai kelengkapan dalam hidupnya. Dari dulu, setiap orang pasti butuh orang lain, bahkan Nabi Adam, AS ketika diciptakan sendiri di dalam syurga, merasa kesepian dalam kesendiriannya. Di saat itu Allah SWT menciptakan Hawa sebagai temannya. Ini menjadi bukti bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri.
Namun, saling bertegur sapa menjadi fenomena baru saat ini. Aktivitas tegur sapa mulai berkurang. Mungkin disebabkan kesibukan, atau ketergantungan kepada orang lain sudah mulai menipis. Selain itu, manusia sudah terjebak dengan kepentingan individu-individu. Sehingga mulai melupakan pentingnya bertegur sapa, saling berbagi senyum kepada sesama.
Bukankah ketika menyapa orang lain akan ditebar kebaikan melalui senyuman? Dan menurut tuntunan Islam, senyum itu sendiri adalah obat sekaligus bernilai sedekah. Sungguh, kita adalah orang Timur yang terkenal dengan keramahannya, tegur sapanya dan mudah memberikan senyum kepada saudaranya. Lalu mengappa hal seperti itu sudah mulai hilang? Ataukah ketidakpedulian pada orang lain sudah mulai juga hilang?
Kembali kepada ajaran leluhur, nenek moyang manusia turun-temurun peduli terhadap sesame. Saling bantu, ramah, saling tergur sapa, saling berbagi senyum. Menyapa, menegur saudara atau sesama, akan membawa perasaan senang, serta berbaik sangka dengan mereka.
Hal itu adalah salah satu jalan untuk membangun jembatan dari hati ke hati. Sehingga akan tercipta pribadi-pribadi yang yang baik, yang muncul dari keluarga, masyarakat, dan bangsa ini. Bangsa ini akan menjadi baik, dengan hati orang yang baik, meneruskan ajaran nenek moyang mereka yang mulia.
Bila setiap orang menjadi baik, membangun silaturrahmi melalui tegur sapa, maka tidak ada yang tidak mungkin, bangsa yang dicintai akan menjadi bangsa lebih baik dan pada akhirnya akan lebih maju.
Para pemimpin hendaknya mencontohkan hal ini di engah masyarakat. Ssehingga mereka merasa dekat dengan pemimpin, dan mematuhi apa yang disampaikannya. Ketaatan pada aturan akan muncul, dan akan berdampak besar bagi kelangsungan kehidupan social kemasyarakatan.
Harapan-harapan itu, tidak mustahil bila semua mau menerapkan hal kecil; saling bertegur sapa. Dengan senyum ikhlas, namun membuahkan hasil yang luar biasa. (*)
Penulis: Yulhendri (Guru SMA Negeri 1 Sungayang, Tanah Datar)