Memberi Kekurangan, Menerima Kelimpahan

Profil Tokoh728 Dilihat

Pengalaman disapa para mantan Siswa

Ada banyak pengalaman yang pahit maupun manis ketika berada di ruang kelas bersama para siswa, tetapi juga yang lebih menyenangkan adalah ketika mengalami disapa oleh sebuah senyuman ramah dari para mantan siswa. Maka menurut saya, gelar pahlawan tanpa tanda jasa yang biasa disematkan pada para guru telah terbantahkan di sini.

Justru guru adalah pahlawan dengan tanda jasa yang bergerak dan hidup. Tanda jasa itu ada dalam diri para mantan siswa yang sudah menjadi manusia dewasa dalam berbagai medan hidup dan pengabdian. Bukan disimbolkan pada tanda-tanda yang kaku, yang disematkan di dada dan lengan, tetapi disematkan di persada kehidupan nyata. Jasa itu nampak hidup dalam keberhasilan para mantan siswanya. Berikut adalah pengalaman nyata disapa para mantan siswa:

Pada sebuah Speed Boat. Suatu ketika saya melakukan perjalanan dinas ke Tarakan dengan speed boat Harapan Baru, yang berangkat dari Malinau tepat pukul 07.30. Banyak sekali penumpang, dan semuanya memiliki tiket maka harus berangkat sesuai waktu yang ditetapkan. Saya  tidak kebagian tempat duduk karena datang terlambat, sehingga terpaksa duduk di tangga pintu.

Setelah beberapa menit berjalan, ada seorang anak muda yang duduk tepat di depanku, berdiri lalu sambil menyodorkan tangannya, ia menyalamiku dan berkata, “saya mantan murid bapak, silahkan bapak duduk di kursi, biar saya di tangga.”

Mendengar  itu, saya sungguh merasa sangat gembira. Bukan karena ditawari tempat duduk, melainkan karena merasa bahwa benih moralitas yang kita semaikan di ruang-ruang kelas itu, sungguh bertumbuh dan berbuah dalam hati dan diri para siswa. Tawaran tulus  itu saya tolak dengan lembut, untuk memberi pelajaran yang lain, yakni kerendahan hati.

Menjadi guru bukan berarti harus menerima penghormatan berlebihan. Di sisi lain,  kebaikan jika hendak diberikan, mestinya tidak boleh pilih kasih, ia harus menjangkau siapa saja. Inilah bukti bahwa tanda jasa kita ada dan hidup dalam diri semua mantan siswa kita.

Tentara yang rendah hati. Sudah menjadi tradisi antara umat Katolik dan Islam di desa Tanjung Lapang, Malinau Barat, bahwa setiap kali ada perayaan keagamaan dalam gereja Katolik, maka teman-teman muslim yang akan menjadi petugas yang mengatur parkir serta keamanan di sekitar tempat perayaan. Demikian juga sebaliknya. Pada Idul Fitri tahun ini, giliran pemuda Katolik yang menjadi petugas parkir dan penjaga keamanan sekitar masjid.

Pengalaman menarik ketika saya sedang mengatur parkir untuk kendaraan roda dua, tiba-tiba turun dari dalam mobil, seorang anak muda yang berbadan tegap, dengan potongan rambut mirip tentara. Ia berjalan menghampiriku menyodorkan tangannya menyalami dan mencium tanganku.

Lalu ia memberi hormat seperti tentara menghormati atasannya, sambil memperknalkan diri dan mengatakan bahwa dia adalah mantan siswa saya. Rasa bangga atas budi pekerti yang luhur dalam diri para mantan siswa merupakan indikasi bahwa kita mampu menjadi panutan bagi mereka. Inilah harta sesungguhnya.

Guru melahirkan guru. Seorang guru yang baik harus bisa melahirkan guru yang baru. Menjadi teladan lewat kehadiran kita di depan kelas mampu menginspirasi para siswa sehingga mereka pun kemudian menjadi seorang guru. Sudah banyak alumni SMPN 1 Malinau Kota yang merupakan mantan siswa, kini telah menjadi rekan guru di lembaga pendidikan yang sama.

Ada rasa bangga bahwa para penerus ini sudah bisa mengambil alih estafet guru bagi generasi yang akan datang. Mereka adalah rekan guru, tetapi tetap menaruh hormat pada senior mereka yang adalah mantan gurunya. Seorang guru harus melahirkan guru baru.

Blibli.com
Blibli.com