Setelah Pandemi Covid-19, Kelas Tatap Muka Lebih Baik Dipersingkat Saja

Berita Opini62 Dilihat

WPdotCOM — Mencermati perkembangan pembelajaran yang diselenggarakan dari rumah sejak pandemi Covid-19, banyak perubahan yang mesti dimaknai oleh seluruh elemen pendidikan di negeri ini.

Adagium yang menyebutkan, ‘bisa karena terbiasa’  telah membuktikan bahwa tanpa proses tatap muka sebagai media utama pembelajaran, proses pendidikan dapat terus berlangsung. Baik persoalan transfer pengetahuan, penilaian, serta rapat majelis guru, dan semua yang berkaitan dengan dunia kependidikan, bisa diselenggarakan melalui kegiatan virtual.

Melihat itu semua, membuktikan bahwa tatap muka bukanlah satu-satunya media yang dapat dijadikan alasan untuk terus masuk kelas secara fisik. Dan persoalan yang berkaitan dengan keutuhan kurikulum, juga tidak terganggu dengan perubahan media pembelajaran tersebut.

Walaupun masih ada kekurangan di sana-sini terkait penguasaan media daring yang notabene menggunakan jaringan internet dan perangkat multimedia, setidaknya telah memberikan gambaran kepada pendidik dan tenaga kependidikan. Paradigma yang selama ini dijalankan dengan kehadiran fisik di sekolah, sudah harus berubah. Penguasaan perangkat multimedia yang selama ini dianggap sebelah mata, kini menjadi alat utama yang harus digunakan setiap saat sepanjang masa belajar mengajar dari rumah.

Kalau dulu masih ada guru yang tidak terlalu mementingkan keterampilan teknologi informatika dalam dunia pendidikan, kini tentunya sudah harus menyadari bahwa setiap masa pasti ada perubahan. Perubahan yang kadang diciptakan sendiri, atau malah diciptakan oleh alam seperti yang terjadi saat ini.

Bagi pemerintah sebagai pemangku kepentingan, ini juga menjadi pelajaran berharga. Selama ini urusan kekuatan jaringan internet yang jalannya seperti siput berlari di beberapa daerah, dianggap belum terlalu penting mendapat perhatian. Kini semua itu harus digenjot agar pembelajaran dapat berjalan di setiap penjuru Nusantara melalui jaringan yang kuat dan lancar.

Begitu pula dengan kurikulum yang digunakan. Setidaknya ada beberapa paradigma yang harus diubah mulai saat ini. Sekolah bukanlah dengan menghitung lamanya waktu yang dihabiskan di dalam ruang kela. Masalah yang terpenting adalah sejauhmana ketercapaian pembelajaran sesuai kurikulum yang ada. Transfer pengetahuan ternyata dapat dilakukan tanpa harus berhadapan secara nyata, di dunia maya pun bisa dilakukan antara siswa dan guru.

Mungkin ke depan harus ada kebijakan masa belajar di sekolah diperpendek saja. Bisa jadi hanya 3 sampai 4 jam. Dan itu digunakan untuk kegiatan pembelajaran yang tidak dapat digantikan melalui dunia maya. Sementara untuk pembelajaran lain, bisa dicapai dengan komunikasi virtual saja.

Begitu pula dengan pengangkatan guru, tes yang dilakukan sudah harus mengedepankan kemampuan menggunakan perangkat teknologi. Bukan sekedar nilai kesarjanaan semata. Karena ternyata, tingginya jenjang pendidikan seseorang, tidak menjamin kemampuannya linier dengan kebutuhan zaman.

Penulis: Nova Indra (Pimpinan lembaga Pusat Pengkajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia – P3SDM – Melati )

Blibli.com
Blibli.com

Tinggalkan Balasan